Friday, March 18, 2022

Mendidik Anak Sesuai Fitrah

Secara Islami, setiap anak terlahir dalam keadaan fitrah. Fitrah adalah apa yang menjadi kejadian atau bawaan manusia sejak lahir. Pengertian fitrah secara sistematik berhubungan dengan hal penciptaan (bawaan) sesuatu sebagai bagian dari potensi yang dimiliki.

Seorang anak terlahir dengan potensi besar berupa fitrah dan takdir peran yang telah Allah tetapkan dan amanahkan untuk dididik. Fitrah adalah benih, menumbuhkan fitrah artinya menumbuhkan benih-benih kebaikan yang dibawa seorang anak sejak lahir ke dunia.

Sebuah penelitian menyebutkan bahwa perkembangan manusia dipengaruhi oleh faktor dalam dan luar dirinya. Faktor dari dalam melihat semua potensi yang dibawa individu sejak lahir. 

Ustadz Harry Santosa, seorang praktisi pendidikan anak dengan metode fitrah based education sekaligus sebagai founder Millenial Learning  Center dan komunitas HEbAT (Home Education Based on Akhlak and Tallent) melalui bukunya yang berjudul Fitrah Base Education menjelaskan 8 aspek fitrah yang dimiliki manusia. Buku tersebut merupakan hasil perjalanan panjang dari sebuah riset, praktek, kolaborasi praktisi dan pakar selama 15 tahun yang kemudian diseminasi dan distrukturkan kemudian dituangkan dalam sebuah buku agar menjadi panduan bagi para orang tua dan pendidik untuk mendidik anak sesuai fitrah. Yuk kita bahas apa saja fitrah yang sudah anak miliki sejak lahir yang perlu kita tumbuh kembangkan. 

1. Fitrah keimanan

Fitrah ini dapat kita tumbuhkan sejak anak lahir ke dunia ini hingga sebelum usia 7 tahun. Pada 7 tahun pertama imaji anak sedang indah-indahnya, didiklah dengan penuh kelembutan, bukan dengan bentakan. Tumbuhkan gairah cinta kepada Islam, Allah, dan RasulNya

Imaji positif ini juga bisa dibangkitkan dengan belajar di alam alam terbuka. Ajak anak-anak mendengar kicauan burung dan melihat cara burung terbang, katakan burung-burung juga shalat dengan merentangkan sayapnya. Bulan, bintang, planet, matahari juga shalat dengan berputar sesuai dengan garis edarnya. Alam dan seisinya begitu patuh pada sang Pencipta.

Dengan begitu gairah ibadah anak akan tumbuh dengan sendirinya, cintanya kepada Allah dan Rosul akan tertanam dalam hatinya, karena imajinasi positifnya sudah ditumbuhkan.

2. Fitrah bakat

Potensi fitrah bakat adalah potensi keunikan berupa sifat bawaan yang telah Allah tanamkan pada setiap anak sejak pertama kali diciptakan. Maka fokuslah pada kelebihannya bukan pada kekurangannya

Bila fitrah bakat ini tumbuh dengan sempurna maka seseorang dapat menemukan perannya di muka bumi, dia dapat mengetahui misi spesifik penciptaannya sebagai khalifah di muka bumi sehingga dia bisa menemukan jalannya menuju kesuksesan.

Contoh, Jika anak cerewet (senang bicara) maka pada usia 10 tahun pertemukan dia dengan profesi guru, presenter atau profesi serupa yang bisa membuat potensinya tersalurkan dengan baik. Pada usia 0-6 tahun amati sifat unik anak (kesukaannya). Pada usia 7-10 tahun berikan aktivitas yang relevan dengan potensi dan keunikannya. Pada usia 10 tahun berikan guru untuk menjaga keimanannya dan maestro sebagai penjaga bakatnya.

Skill dan Knowledge tidak harus dikuasai semuanya, orang hebat bukanlah orang yg terampil dan mengetahui semua hal, orang hebat adalah orang yang fokus pada keunikan bakatnya lalu dilengkapi dengan skill dan knowledge pendukung yang relevan. Maka dari mengenali bakat anak dengan baik akan membantunya di masa depan untuk menemukan peran hidupnya.Dengan demikian maka pintu kesuksesan lebih mudah untuk diraih.

3. Fitrah belajar dan bernalar

Tiap bayi dilahirkan adalah pembelajar yang tangguh. Tak ada bayi yang ingin menghabiskan hidupnya dengan merangkak saja, mereka belajar untuk berdiri, berjalan hingga kemudian bisa melompat dan berlari.

Tiap bayi dilahirkan sebagai penjelajah. Lihatlah setiap sudut rumah yang tak luput dari jangkauannya. Mereka suka bereksplorasi dengan rasa penasaran dan keberanian yang tinggi. Begitupun dengan kreatifitas yang dimiliki bayi ketika dia dilahirkan, lihatlah bagimanq dia menumpahkan banyak warna di dinding rumah agar dindinh terlihat lebih menarik 

Dari contoh diatas dapat kita simpulkan bahwa setiap lahir dengan potensi fitrah belajar. Para orang tua dan pendidik tak perlu panik dan tergesa menggegas kemampuan belajar anak

Anak-anak hanya memerlukan sebuah ruang terbuka di alam dan hati bagi imajinasi kreatifnya, bagi naluri penjelajah dan rasa penasarannya, bagi kesempatannya untuk semakin menjadi dirinya dan tugas ini demi menumbuhkan gairah belajarnya agar kelak belajar menjadi passion nya, karyanya akan terus dibuat sepanjang hidupnya tak berhenti pada skripsi, tesis, disertasi atau segala bentuk hasil pelaporan demi memperoleh gelar saja. Anak yang fitrah belajarnya tumbuh dengan baik, akan terus membuat karya yang akan bermanfaat untuk lingkungannya

4. Fitrah perkembangan

Segala yang ada di muka bumi memiliki sunnatullah tahapan pertumbuhannya masing-masing yang berkorelasi dengan dimensi waktu dan dimensi kehidupan. Untuk setiap tahapan yang berproses tersebut memiliki cara dan tujuan masing-masing

Dalam sunnatullah perkembangan atau pertumbuhan ini maka tidak berlaku ‘kaidah makin cepat makin baik’, juga jangan terlalu terlambat untuk tiap tahapannya. Segala sesuatu akan indah bila tumbuh pada waktu yang tepat

Mulailah merancang pendidikan fitrah keimanan, fitrah belajar, fitrah bakat anak anak kita pada tahap usia 0-6 tahun, lalu pada tahap usia 7-10 tahun, lalu pada tahap usia 11-14 tahun (pre aqil baligh), lalu tahap usia di atas 15 tahun (post aqil baligh).

Pelajari bagaimana fitrah Belajar ditumbuhkan pada tiap tahapan itu. Juga bagaimana fitrah Bakat diamati, dikenali, dikembangkan pada tiap tahap. Susunlah semuanya menjadi framework dan roadmap pendidikan putra putri kita.

5. Fitrah seksualitas dan cinta

Fitrah seksualitas adalah bagaimana seseorang berpikir, merasa dan bersikap sesuai dengan fitrahnya sebagai lelaki sejati atau sebagai perempuan sejati. Tujuan pendidikan fitrah seksualitas ini adalah membuat anak mengetahui identitas seksualnya, anak mampu berperan sesuai dengan identitasnya dan membuat anak mampu melindungi dirinya dari kejahatan seksual.

6. Fitrah Sosialitas dan individualitas

Setiap manusia lahir sebagai individu sekaligus makhluk sosial (ketergantungan dengan lingkungan sekitar) . Sosialitas akan tumbuh baik sejak usia 7 tahun, Hal ini bisa dicapai jika individualitas seorang anak tumbuh baik pada usia di bawah 7 tahun.

Dalam fitrah perkembangan, usia 0-7 tahun, anak masih ego sentris artinya mereka merasa dirinya adalah pusat semesta, belum menyadari dunia di luar dirinya sebagaimana keberadaan dirinya. Jadi memang pada tahap ini anak belum memerlukan sosialisasi.

Anak yang masih berumur di bawah 7 tahun belum memiliki tanggung jawab moral dan sosial. Maka bila kita sering menemukan anak di bawah usia 7 tahun yang tampak tak mau berbagi, tampak pemalu, tampak cengeng, tak apa. Itu semua adalah bagian dari fitrah individualitasnya. Puaskan saja egonya atau fitrah individualitasnya untuk menjadi pemalu, untuk tidak mau berbagi, dan sebagainya. Jangan dibenturkan dengan akhlak atau adab, karena belum waktunya waktunya dia mengerti arti berbagi dan bersosialisasi. Adab tetap disampaikan agar santun namun sekali lagi tidak dalam suasana menekan

Ketika masuk usia 7 tahun, maka ini tahap dimulainya fitrah sosialitas, mereka mulai bergeser dari ego sentris ke sosio sentris, mereka mulai menyadari ada lingkungan yang juga seperti dirinya yang perlu dihargai, yang bisa terluka dengan sikap dan ucapnya.

Karenanya Allah Maha Tahu, orang tua boleh memerintahkan shalat pada anak mulai dari umur 7 tahun bukan sejak kecil. Tak ada anak di bawah 7 tahun yang suka dengan gerakan shalat yang sangat formal dan tertib. Namun demikian membangkitnya gairah shalat dengan meneladankan tentang indahnya shalat tetap dilakukan , tujuannya agar anak-anak mempunyai pemikiran positif tentang shalat dan kelak bisa melakukannya dengan ikhlas dan khusyuk. Semua ada masanya,, tak perlu terburu-buru

7. Fitrah estetika dan bahasa

Setiap anak memiliki selera keindahan dan menyukai keindahan termasuk kesenian, keharmonisan, kesusastreraan dan seterusnya. Setiap anak sudah dikaruniai kemampuan berbahasa, dari saat lahir anak berbahasa dengan cara menangis ketika dia merasa lapar, merasa haus merasa takut atau merasa tidak nyaman

8. Fitrah Fisik dan Indera

Setiap anak lahir yang membawa fisik yang suka bergerak aktif dan panca indera yang berinteraksi dengan bumi dan kehidupan. Setiap anak suka kesehatan dan asupan yang sehat, bersih dan baik. Setiap indera juga suka menerima input yang membahagiakan dan menenangkan.

Dalam praktiknya tugas orang tua sebenarnya cukup sederhana namun tidak mudah. Sederhana karena para ayah dan ibu hanya perlu menjaga fitrah anak, biarkan mereka tumbuh dengan fitrah yang sudah Allah instal ke dalam diri anak dari sebelum mereka lahir, tidak mudah karena konsistensi orang tua diuji untuk menerapkan pendidikan berbasis fitrah yang tidak didapat pada pendidikan formal. Semoga kita menjadi orang tua yang selalu berproses menjadi lebih baik.


Thursday, March 17, 2022

DRIVING QUESTION

 


Driving question (DQ) is several questions to engage students, to lead them to inquiry as well as the questions directly connected to the learning. The outcomes are focused on learning, and thus include skill and knowledge we want students to learn. Driving question should:

1. Connect with the learning goals.

2. Call for higher order thinking.

3. Sparks discussion or debate.

4. Be realistic.

5. Raise additional questions.

6. Require research and justification.

7. Endure over time. 

DQ Formula

To help you and your students construct a meaningful DQ, here is the formula to get you started. It is perfectly okay if your DQ structured differently than this one. What matter most is that students have brainstormed and identified the topic, purpose, audience, and product. 


        

The important thing is not to stop questioning. Curiosity has its own reason for existing. Albert Einstein. 

Ilmu itu didapat dari lidah yang gemar bertanya dan akal yang suka berpikir. Abdullah Bin Abbas. 

Wednesday, March 16, 2022

DESIGN THINKING

  


Let's get acquainted with design thinking!!!

As teachers, we have a noble task, educating and teaching knowledge to our students. To be able to do both optimally, we need certain ways and methods that can help us in teaching, starting from the preparation, the process, and the final result. Education is dynamic, so the methods that we apply must also be used according to advances of science and technology. Design Thinking (DT) is present as a method and base knowledge that invites us to think systematically, logically, factually, and based on data. This method has long been applied in other countries, especially developed countries, but in Indonesia the term design thinking is still not popular and many people, especially teachers, do not know what DT is. After learning DT, it is hoped that teachers have a more important awareness of data so that we can design the lessons that are suitable for the conditions of our students. Let's learn Design Thinking in this blog.

1. DESIGN THINKING is an iterative process in which we seek to understand the user, challenge assumptions, and redefine problems in an attempt to identify alternative strategies and solutions that might not be instantly apparent with our initial level of understanding. At the same time, it provides a solution-based approach to solving problems. It is a way of thinking and working as well as a collection of hands-on methods. Design Thinking revolves around a deep interest in developing an understanding of the people for whom we’re designing the products or services. It helps us observe and develop empathy with the target user. Design Thinking helps us in the process of questioning: questioning the problem, questioning the assumptions, and questioning the implications. Design Thinking is extremely useful in tackling problems that are ill-defined or unknown, by re-framing the problem in human-centric ways, creating many ideas in brainstorming sessions, and adopting a hands-on approach in prototyping and testing. By using this thinking method, “maker mindset” can grow to the designer or people because several steps appear in this process. Starting from empathize, define, ideate, prototype and test. 


    EMPATHIZE

        Empathize is the first step to collect data about the users. The purpose in this step is for understanding the problem. Asking the right questions can be very crucial within this step. By asking the right questions, we can learn about the audience for whom we are designing. To conduct this step, there are some ways that can be done such as interviewing, observing, researching, etc. The awareness that appear after conducting this step is feeling to be immersed and engage with the users. We have to avoid assumptions, judgements, and biases. Remember, we work with the data. 

 


    DEFINE

    The second step is define. After data is being collected from the step of empathize, we gather all those data into information. The purpose within this step is collecting the information gained, then we analyze all the information, re-frame it, choose the appropriate one, synthesize into insight and the needs (user's goals). This important insight and needs can be used to develop problem statement (what exactly the problem is) to create an innovative solution. 



IDEATE

    Ideate is the third step in DT. It is time for us to arrange the notes we have into idea. This step involves our brainstorming large quantities of ideas and creative solutions by combining our imagination with the information gathered from the empathy work to move towards prototyping. We also have to identify multiple ideas for prototyping based on how well the ideas would likely meet the criteria for success. 

  


    PROTOTYPE

    The fourth step is prototype. In this step, we build a representation of one or more of our ideas to show to others. We undergo an iterative process of creating and improving prototypes with the experience that can be utilized by the users. Feedback is necessary to improve the product before released. After getting feedback, iteration can be done in the previous step if it is needed until we got the best product based on the users need.  



TEST

j   The final step is testing the product. In this step, we provides users with our prototype to use in a realistic situation. The interaction between the users and the designers will create a new insights and ideas that can help to improve the next iteration of prototypes.